Senin, 31 Oktober 2011

Cerita Romeo Dan Juliet Dari Negeri China - Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia. Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.



Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya
(hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.

50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama

Xu Chaoqin ....

Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....



Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.



Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.

Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan ia berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".

Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterinya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.

Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.

Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.



Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.

"Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai akan meninggal, sekarang kau telah mendahuluiku, bagaimana aku akan dapat hidup tanpamu?"

Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.

Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.

Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.

Cinta Sejati

Kenapa kita menutup mata,
Ketika kita tidur?
Ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
Ketika kita berciuman?
Ini karena hal indah di dunia TIDAK TERLIHAT
Kita semua agak aneh….dan hidup sendiri juga agak aneh…
Dan kita menemukan seseorang
Yang keunikannya sejalan dengan kita…
Kita bergabung denganya dan jatuh ke dalam keanehan serupa yang dinamakan CINTA…
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan….
Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan….
Tetapi ingatlah….
Melepas bukan akhir dari dunia,
Melainkan awal suatu kehidupan baru….
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
Mereka yang tersakiti,
Mereka yang mencari….
Dan mereka yang telah mencoba….
Karena merekalah yang bias menghargai,
Betapa pentingnya orang yang telah meyentuh kehidupan mereka
CINTA yang AGUNG?
Adalah ketika kamu menitikan air mata, dan kamu MASIH peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu, dan kamu MASIH menunggunya dengan setia….
Adalah ketika ia mulai mencintai orang lain, d kamu MASIH bisa tersenyum sambil berkata : ‘’ Aku turut berbahagia untukmu ‘’
Apabila cinta tidak berhasil….
Bebaskan dirimu….
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang kea lam bebas LAGI….
Ingatlah….bahwa kamu mungkin menemukan cinta
Dan kehilangannya….
Tetapi ketika cinta itu mati….
Kamu tidak perlu mati bersamanya….
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang,
Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana….dalam perjalanan kehidupan,
Kamu belajar tentang dirimu sendiri
Dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada!!
Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang kamu buat
TEMAN sejati....mengerti ketika kamu berkata : ‘’Aku lupa’’
Menunggu selamanya ketika kamu berkata : ‘’tunggu sebentar’’
Tetap tinggal ketika kamu berkata : ‘’tinggalkan aku sendiri’’
Membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan berkata : ‘’bolehkah saya masuk ?’’

MENCINTAI....
Bukanlah bagaimana kamu melupakan....melainkan bagaimana kamu memaafkan....
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan....melainkan bagaimana kamu mengerti....
Bukanlah apa yang kamu lihat….melainkan apa yang kamu rasakan….
Bukanlah bagaimana kamu melepaskan….melainkan bagaimana kamu bertahan….
Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati….
Dibandingkan menangis tersedu-sedu….
Air mata yang keluar dapat dihapus,
Sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang takkan pernah hilang....
Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang....
Tetapi ketika cinta itu tulus, meskipun kita kalah,
Kamu tetap menang hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang....lebih dari diri kamu sendiri
Akan tiba saatnya dimana kamu akan berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita,
Melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya....
Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang....
Jangan lapaskan dia !!
Jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai, melainkan berjuanglah demi cintamu !!
Atulah CINTA SEJATI....
Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan, daripada berjalan bersama orang ‘’yang tersedia’’
Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai, daripada orang yang berada di sekelilingmu
Lebih baik menunggu orang yang tepat, karena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang hanya dengan ‘’seseorang’’
Kadangkala, orang yang yang kamu cintai adalah orang yang paling menyakiti hatimu....
Dan kadangkala, teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu, adalah cinta yang tidak kamu sadari....
AND NOW FIND UR  LOVE !!!

SUMBANGAN MURID


Situasi tu tampaknya takkan berubah.
                Semenjak hari pertama ia memasuki ruang kelas tujuhku, Willard P. Franklin gidup dalam dunianya sendiri, menutup diri dari teman-teman sekelasnya dan dari aku, gurunya. Semua usahaku untuk menjalin hubungan bersahabat dengannya sama sekali tidak mendapat tanggapan. Bahkan sapaan “Selamat pagi Willard,” hanya ditanggapi dengan sebuah gumam pendek. Teman-teman sekelasnya juga tidak mendapat tanggapannya. Willard murni seorang penyendiri, tak mempunyai keinginan atau kebutuhan untuk menurunkan penghalang kebisuan yang telah dipasangnya. Pakaiannya bersih tapi modelnya sama sekali bukan yan g terbaru. Ia bias menjadi seorang trendsetter karena pakaiannya mempunyai penampilan “pakaian bekas” sebelum gaya itu popular.
                 Tak lama setelah liburan Thanksgiving, kami mempadapat pengumuman mengenai pengumpulan sumbangan Natal tahunan.
                “Natal adalah musin member,”kataku kepada murid-muridku. “Di sekolah ini ada beberapa murid yang mungkin tidak mengalami musim liburan yang bahagia. Dengan berpartisipasi dalam pengunpulan sumbangan Natal kita, kalian akan membantu membelikan makanan, pakaian, dan mainan untuk orang-orang yan gmemerlukannya. Kalaian bias membawa sumbangan kalian besok.”
                Ketika aku mengumpulkan sumbangan kelasku keesokan harinya, ternyata semua murid lupa-semua kecuali Willard P. Franklin. Anak laki-laki itu memasukkan tangan dalam-dalam ke saku celananya saat ia berjalan ke mejaku. Dengan hati-hati ia menjatuhkan sekeping uang logam lima sen ke dapam tempat sumbangan.
                “Aku tidak memerlukan susu untuk makan siang,” sumamnya. Sesaat, hanya sesaat, ia tersenyum. Aku mengamatinya berbalik dan berjalan kembali ke mejanya.
                Malam itu, setelah jam sekolah, kubawa sumbangan kami yang hanya terdiri atas satu keeping uang logam lima sen ke kepala sekolah. Aku tak bias menahan diri untuk tidak memberitahukan idantitas si pemberi dan berbagi insiden itu denga kepala sekilah.
                “Mungkin aku salah, tapi menurutku Willard mungkin siap untuk menjadi bagian dari dunia di sekitarnya,” kataku.
                “Ya, menurutku kejadian ini member kita harapan,” ia mengangguk. “Dan perasaanku mengetakan bahwa kita mungkin akan mendapat manfaat dari kesediaannya untuk berbagi dunianya dengan kita. Aku baru saja menerima daftar keluarga miskin di sekolah kita yang paling memerlukan bantuan sunbangan Natal. Ini, lihatlah.”
                Ketika aku menunduk untuk membacanya aku melihat bahwa nama Willard P. Franklin dan keluatganya menempati paosisi pertama dalam daftar itu.

MUSIM BERBAGI


Sebagai seorang turis California yang tidak terbiasa dengan suhu berdigit satu, udara dingin menggigit di hari bulan Desember di WAghington, D.C., merusak suasana hari berliburku. Menurut perkiraanku, suhu saat itu di bawah nol. Ketika aku berlindung ke dalam Union Station, yang kuharapkan hanyalah untuk menjadi hangat. Yang kudapati adalah sebuah pelajaran mengenai makna sejati musin itu-dari seoran g tuna wissma.
                Rasa hangat perlahan-lahan mulai kembali ke tangan dan kakiku ketika aku duduk di slah satu bangku umum sambil memegang cangkir kopi panas yang berkilauan. Sekarang aku siap untuk bersantai dan melakukan pengamatan orang dengan serius. Aku melihat seorang laki-laki tuna wisma duduk di dekatku, dan ada juga beberapa meja pengunjung restoran kelas atas America Restaurant yang dilekatakkan di lobi luas itu. Aroma surgawi santapan berkelas menggodaku untuk mempertimbangkan makan malam lebih awal. Dari tatapan ingin di mata tetanggaku jelas terlihat bahwa ia juga memeperhatikan perjamuan yang sedang  berlangsung di sekitar kami. Aku bertanya-Tanya dalam hati sudah berapa lama sejak ia terakhir makan sesuatu. Menduga ia akan mendekatiku untuk meminta sedekah, aku siap menyambut baik permohonan semacam itu darinya. Ia tak pernah melakukannya. Semakin aku mengamati situasi itu, semakin nasibnya terlihat kejam. Kepala dan hatiku memeperdebatkannya: yang pertama menyuruhku untuk mengurusi masalahku sendiri, dan yang kedua mendorongku supaya segera membeli sesuatu untuk mengisi perutnya.
                Ketika perdebatan batin ini sedang berkecamu, sepasang laki-laki dan perempuan berpakaian bagus tibaptiba mendekatinya. “Permisi, Tuan,” sang suami mulai berkata. “Saya dan istri saya bari selesai makan dan selera makan kami ternyata tidak sebesar yan gkami kira. Kami tidak suka membuang-buang makanan yang masih bagus. Bisakah Anda menolong kami untuk memanfaatkan makana ini?” Prang asing baik hati itu menyodorlan sebuah tempat stirofom berukuran besar yang luber denga makanan. “Tuhan memberkati kalian berdua. Selamat Natal,” jawab laki-laki tuna wisma itu penuh rasa stukur. Mesa senang melihat peristiwa itu, tapi kecewa karena tidak melakukan apa-apa, aku mengamati raksi tetanggaku terhadap nasib baik yang mendadak dialaminya itu. Pertama-tama ia meneliti harta yang baru ditamukannya itu, menata biscuit sup, memeriksa isi sandwich, dan mengaduk saus salad. Lalu perlahan ia membuka penutup sup, menghirup aromanya, dan menggenggam sekekikinga mangkuk yang mengepul pana dengan kedua tangannya. Tampak jelas ia akan pemperpanjang kenikmatan santapan ajaib itu. Akhirnya, ia terlihat siap untuk suapan pertama yang lama diimpikannya. Setelah dengan cermat membuka pembungkus sendok plastic sup, ia memenuhinya sampai luber, mengankatnya ke mulutnya, dan dengan gerakan tiba-tiba yang mengejutkanku mendadak menghentikan suapannya.
                Penyebab perilaku yan gtidak terduga itu tak lama kemudian kuketahui seorang pendatang bari sedang memasuki lobi dan menyeret langkahnya kea rah kami. Dalam usia tujuh puluhan, tidak bertopi dan tidak bersarung tangan, laki-laki tua itu hanya mengenakan celana panjang tipis, jaket compang-camping, dan sepatu terbuka. Kedua tangannya merah kedinginan dan wajahnya kebiruan. Bukan hanya aku yang mendesah kaeras melihat pemandangan menyedihkan itu, tapi tetanggaku adalah sati-satunya orang yang melakikan seesutau untuk memperbaiki keadaan itu. Setelah cepat-cepat menyingkirkan harta karunnya ke samping, ia melompat berdiri dan membinbing laki-laki tua itu ke sebuah kursi di dekatnya. Ia memegang kedua tangan laki-laki itu dan menggosok-gosokannya dengan tangannya sendiri. Dengan lembut ia menyampirkan jaket bulunya di atas bahu laki-laki yang lebih tua itu.alhirnya, ia berbicara. “Pak, namaku Jack, dan salah satu malaikat Tuhan memebawakanku makan ini, aku baru saja selesai makan dan aku tidak suka membuang-buamg makanan yang masih bias dimakan. Bisakah kau menolongku menghabiskannya?” ia tidak menunggu jawaban dan langsung meletakkan mangkuk sup yang mengepul-ngepul ke dalam genggaman oran gasong itu. Tapi ia memperoleh sebuah jawaban. “Tentu, Nak, tapi hanya jika kau mau berbagi sandwich itu denganku. Makanan ini terlalu banya bagi orang seumurku.”
                Aku mengalami kesulitan melangkah ke cafeteria dengan penglihatan terhalang air mata, tapi tak lama kemudia aku kembali degnan cangkir kopi dan korak roti terbesar yang ada. “permisi , Tuan-tuan, tapi…”
                Prangtuaku, seperti juga orangtuamu, mengajariku untuk berbagi, tapi baru pada hari itu di Union Station aku benar-benar mengerti makna kata ini. Aku meninggalkan lobi tiu dengan perasaan yanglebih hangat daripada yang kukira akan pernah rasakan.

Selasa, 25 Oktober 2011

Kisah Cinta SEJATI Patut Disimak!!


Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit.
Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami
bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar
saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia
beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang
saja.
Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi
ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak
mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang
biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam
sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku
segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya
tidak kuhiraukan.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan
beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi
jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat
kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen
membuatku semakin kesal!
Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan
kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai
di rumah.
Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di
hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam
hati, “Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak
duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap
saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat
kalau aku sedang kesal sekali dengannya.
Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu,
buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen
menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah,
tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak
mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi
halaman secara acak.
14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti
bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.
Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.
6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan
wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak
pindah ke lain hati.
Jantungku serasa mau berhenti…
23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk
Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita
dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa
yang Kau kehendaki agar aku ketahui…
Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat
denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun.
Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan
Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu
dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan
memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga
kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.
4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan
mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan
yang berasal daripadaMu.
Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun
atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah
menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen
sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya.
Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen rasakan saat itu.
14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan
apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus
kuambil.
14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi
Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!
18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap
aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar
lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.
7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang
kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku
berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu
di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian
di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di
sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.
Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah
memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam
kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia
membelikannya dengan susah payah.
15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang
keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku
menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Natal untuk
Vincent.
Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan
meja itu adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang membelinya di
malam Natal dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.
Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh
diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari
keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun… “Maafkan aku
Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun…”

Senin, 24 Oktober 2011

Gadis kecil yang Berani Meminta


Ketika berbelok di sudut lorong, Amy Hagadorn bertabrakan dengan seorang anak lelaki jangkung dari kelas lima yang datang dari arah berlawanan.

"Pasang matamu jelek," teriak anak itu sambil menghindari Amy yang baru duduk di kelas tiga. Lalu dengan mimik mengejek ia mengangkat kaki kanannya dan menirukan cara berjalan Amy yang agak pincang. Amy memejamkan mata. Jangan diacuhkan, pikirnya sambil menuju ke kelasnya.

Malam itu, ketika makan, Amy diam saja. Ibunya tahu, pasti ada masalah disekolahnya. Untunglah ada berita gembira untuk Amy.

"Ada lomba menulis surat permohonan untuk Natal di radio," kata ibu Amy. "Tulislah surat pada Santa dan kau mungkin akan menang."

Amy terkikik. Kedengarannya lomba itu menyenangkan. Ia mulai berpikir, apa yang paling diinginkannya untuk Natal.

Amy tersenyum ketika sebuah gagasan muncul di kepalanya. Ia mengambil pensil dan kertas kemudian mulai menulis surat:

Santa Claus yang baik,
Namaku Amy, umurku sembilan tahun. Aku punya masalah di sekolah, bisakah kau menolongku, Santa? Anak-anak suka menertawakanku karena caraku berjalan, lari, dan bicara. Aku mengidap penyakit cerebral palsy.
Aku cuma ingin satu hari saja orang-orang tidak menertawakanku atau menggodaku.
Salam Sayang,
Amy.

Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, surat-surat berdatangan untuk mengikuti lomba itu. Para petugas di sana asyik membaca berbagai hadiah yang diminta anak-anak di seluruh kota.

Ketika surat Amy tiba di stasiun radio itu, manajernya, Lee Tobin, membacanya dengan seksama. Ia tahu bahwa penyakit celebral palsy adalah masalah kelainan otot yang mungkin tidak dipahami oleh teman-teman sekolah Amy. Ia merasa ada baiknya kalau orang-orang di Fort Wayne mendengar tentang anak kelas tiga yang istimewa ini, serta tentang permintaannya yang tidak biasa. Maka Mr. Tobin menelpon koran lokal.

keesokan harinya foto Amy berikut suratnya kepada Santa muncul di halaman depan koran News Sentinel. Kisah ini menyebar dengan cepat. di seluruh negeri, koran-koran, radio, dan stasiun televisi melaporkan kisah gadis kecil di Fort Wayne Indiana yang meminta sesuatu yang begitu sederhana namun begitu luar biasa sebagi hadaiah Natalnya-satu hari saja tanpa digoda.-

Sekonyong-konyong rumah keluarga Amy menjadi langganan tukang pos. Amplop dari berbagai ukuran datang tiap hari, dari anak-anak sampai orang dewasa di seluruh negeri berisi ucapan selamat Natal dan kata-kata penghiburan.

Selama musim Natal yang tidak terlupakan itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy. Amy dan keluarganya membaca semuanya. Beberapa penulis surat itu juga menderita cacat dan pernah digoda ketika masih kecil.

Banyak orang yang berterimakasih pada Amy karena cukup berani untuk berbicara. Lainnya memberi semangat agar Amy tidak mengacuhkan segala godaan itu dan tetap percaya diri. Lynn, seorang anak kelas enam dari Texas, menulis pesan ini:
"Aku ingin menjadi temanmu. Kalau kau mau mengunjungiku, kita bisa bersenang-senang bersama. Tidak akan ada yang mengejek kita. Kalaupun ada, kita tidak akan memperdulikannya."

Permintaan Amy menjadi kenyataan. Satu hari tanpa digoda di South Wayne Elementary School. Selain itu, setiap orang di sekolah itu mendapat bonus lain. Para guru dan murid membicarakan tentang betapa buruknya pengaruh yang di timbulkan oleh godaan atau ejekan semacam itu pada orang lain.

Pada tahun itu juga walikota Fort Wayne secara resmi menetapkan tanggal 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn di seluruh kota. Ia menjelaskan bahwa dengan keberaniannya mengutarakan permintaan sederhana itu, Amy telah memberikan sebuah pelajaran Unversal.
"Semua orang memerlukan dan berhak diperlakukan dengan hormat, dengan penuh penghargaan dan kehangatan," demikian kata walikota.

CERITA NATAL 2

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di salah satu ibu kota negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota . Ada sebuah kisah Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang,



Cerita ini dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa IA bukan penduduk asli kota itu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya. Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, Tidak sampai setahun di kota itu, mereka sudah kehabisan seluruh uangnya,



Hingga suatu pagi mereka menyadari akan tinggal dimana malam nanti dengan tidak sepeserpun uang Ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong seorang bayi berumur satu tahun. Dalam keadaan panik Dan putus ASA, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya Dan tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing dari sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.



Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang untuk mendapatkan pekerjaan apapun, kalau tidak malam nanti Kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya IA pergi. Dan itu adalah kata2nya yang terakhir karena setelah itu IA tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu dengan pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika.



Selama beberapa Hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, Dan bila malam menjelang ibu Dan anaknya tidur diemperan toko itu. Pada Hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, Dan jadilah mereka pengemis disana selama 6 bulan berikutnya.



Pada suatu Hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit Dan memutuskan untuk bekerja. Persoalan nya adalah di mana IA harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, Dan tampak amat cantik. Keliahatan nya tidak Ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu Dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka.



Suatu pagi IA berpesan pada anaknya, agar IA tidak pergi kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau yang menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa Hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, Dan Kita tidak lagi tidur dengan angin dirambut Kita".

Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, Dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya, di sebelahnya

IA meletakkan sepotong roti, kemudian, dengan Mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, dimana IA bekerja sebagai pemotong kulit. Begitulah kehidupan mereka selama beberapa Hari, hingga dikantong sang Ibu

Kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh tsb.



Dengan suka cita sang Ibu menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, membayar uang muka sewa kamarnya.

Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa,

Dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota . Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya Dan membawanya kesebuah rumah mewah dipusat kota .

Disitu gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.



Suami istri dokter tsb memberi nama anak gadis itu Serrafona, mereka memanjakannya dengan amat sangat.

Di tengah-tengah kemewahan istana gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi Dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, Dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun IA pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, Dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.



Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif digereja, Dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian

Setiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, Dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan Dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga Dan istana yang paling megah di kota

Itu.



Menjelang Hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang Ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, Dan di laci meja kerja ayahnya, IA menemukan selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, Dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam. Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar Dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian IA membuka lemarinya sendiri, Dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu tampak sesuatu yang terbungkus oleh kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan Dan bukan terbuat dari emas murni.



Almarhum ibu memberinya benda itu dengan pesan untuk tidak menghilangkan nya. Ia sempat bertanya, kalau itu anting, dimana pasangannya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya.

Serrafona menaruh anting itu didekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang. Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri.

Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, dengan senyum yang dibuat-buat, belum pernah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanya annya, kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.



Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat dibenaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya Dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dingin sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.



Matanya basah ketika ia keluar dari kamar Dan menghampiri suaminya, "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkin kah ibu sekarang masih Ada di jalan setelah 25 tahun?" Ini semua adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar

ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, penerbit surat kabar Dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.



Bulan demi bulan telah berlalu, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya.

Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu dinegeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah.

Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian.

Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang.

Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.



Saat itu waktu sudah memasuki masa menjelang Natal .

Seluruh negeri bersiap untuk menyambut hari kelahiran Kristus, Dan bahkan untuk kasus Serrafona-pun, orang tidak lagi menaruh perhatian utama. Melihat pohon-pohon terang mulai menyala disana-sini, mendengar lagu-lagu Natal

mulai dimainkan ditempat-tempat umum, Serrafona menjadi amat sedih.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, saya bukannya tidak berniat merayakan hari lahirmu, tapi ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup ini 'temukan saya dengan ibu' ".



Tuhan mendengarkan doa itu.



Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan

Ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ketempat wanita itu berada, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang,



Malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik, mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa Ibunya masih hidup dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.



Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan Maha Kasih nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu nyonya, hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak terlalu banyak lagi." Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh Dan banyak angin. Rumah-rumah disepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.



Tubuh Serrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Cepat, Serrafonna, mama menunggumu, sayang".

Ia mulai berdoa: "Tuhan beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja untuknya".

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil masih berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita

bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka.

Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan".



Ketika mereka masuk dibelokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas, panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak.



Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya Dan 3 mobil polisi, di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis-pengemis yang segera memenuhi

tempat itu.

"Belum bergerak dari tadi." Lapor salah seorang.

Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun dari Mobil, suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya.

"Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu."

Serrafona memandang tembok dihadapannya, dan ingatan semasa kecilnya kembali menerawang saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kakinya dan kembali terlintas bayangan ketika IA mulai belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya.

Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.

"Tuhan", ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, "Beri kami sehari,Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberinya tahu bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Sehingga mama tidak sia-sia pernah merawat saya".

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya, wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri disaat ia masih muda.

"Mama....", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang selama ini ditunggunya tiap malam dan seiap hari - antara sadar Dan tidak kini menjadi kenyataan.

Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas, dengan perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebuah anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk Dan menyadari bahwa itulah pasangan anting yang selama ini dicarinya dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

"Mama, saya tinggal di istana dengan makanan enak setiap hari. Mama jangan pergi, Kita bisa lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur apapun juga........ Mama jangan pergi....... ."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan Maha Pengasih dan Pemberi, Tuhan..... satu jam saja.......satu jam saja....."

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang

menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.

CERITA NATAL

Diambil dari cerita nyata..

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya.
Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini.
Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.

Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa..
paling
tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi.
Tolong Tuhan.

Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan....??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku.

Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.
Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta .

"Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku.."

"Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!"

Andy begitu terkejut,"Dimana Bapa Pendeta Agaton..??Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

"Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!"

Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.dan Andypun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata datang dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,"Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?"

Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata,"Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub..

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan.

Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya?"

Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dikatakan?"

"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah. "Terima kasih buat kadonya.
Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.aku menangis karena bahagia..aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang.
Tapi tolong Bapa Pendeta .. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal.

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa... kecuali dengan Tuhan.